Minggu, 05 Agustus 2012

About


Dalam mitologinya, manusia Dayak mengenal empat tingkatan dewa-dewa sebagai kekuatan alam yang tinggi. Mereka adalah:

(1) NEK PANITAH. Nek Panitah adalah dewa tertinggi. Ia hidup bersama istrinya yang bernama Nek Duniang. Anak Nek Panitah dengan Ne’ Duniang bernama Baruakng Kulub. Panitah = perintah.
(2) JUBATA. Jubata adalah roh-roh yang baik. Jumlah mereka banyak. Tiap sungai, gunung, hutan, bukit mempunyai jubata. Yang terpenting adalah jubata dari bukit bawakng. Apa’ Manto Ari adalah raja dari bukit bawakng.
(3) KAMANG. Kamang adalah roh-roh leluhur dari orang dayak. Ia berpakaian cawat dan kain kepala warna merah dan putih diputar bersama ( tangkulas ). Ini juga pakaian dari pengayau kalau mereka pulang dengan membawa hasil. Kamang pandai melihat, mencium bau dan makanannya darah. Ini terlihat dari upacara-upacara adat. Darah untuk kamang dan beras kuning untuk jubata. Kamang tariu dan kamang 7 bersaudara. Kamang tariu adalah adalah Kamang Nyado dan Kamang Lejak. Sedangkan kamang 7 bersaudara adalah Bujakng Nyangko ( yang tertua ) tinggal dibukit samabue, Bujakng Pabaras, Saikng Sampit, Sasak Barinas, Gagar Buluh, Buluh Layu’ dan Kamang Bungsu ( dari Santulangan ). Bujakng Nyangko adalah kamang yang baik. Sedangkan yang lain terkadang baik dan terkadang jahat. Saikng sampit, Sasak Barinas, Gagar Buluh dan Buluh Layu’ adalah kamang yang sering tidak senang dan menyebabkan pada waktu itu penyakit dan kematian. Kamang Tariu dengan 7 bersaudara itu adalah pelindung dari para pengayau.
(4) ANTU. Jumlah antu ( hantu ) banyak sekali. Dalam arti tertentu, mereka kurang lebih jiwa orang mati. Antu selalu menyebabkan penyakit pada manusia, binatang maupun tumbuhan. Antu cacar menyebabkan penyakit pada manusia. Antu apat menyebabkan penyakit padi dan antu serah menyebabkan banyak tikus makan padi diladang.


Kepercayaan pada 4 tingkat makhluk supranatural inilah yang melahirkan asas-asas kehidupan mereka, yakni:

(1) PAMA. Pama artinya kekuatan yang membawa keuntungan. Pama hanya dimiliki oleh orang besar dan juga pengayau yang berhasil. Mereka mempunyai pama karena dianggap mereka mempunyai hubungan keatas, dengan jubata. Kalau orang yang mempunyai pama meninggal, pama pindah kepantak yang pada akhirnya ditempatkan dipadagi. Kata pama sendiri berasal dari bahasa sanskrit = umpama, berarti gambaran. Pantak adalah gambaran seseorang yang mempunyai pama pada waktu dia hidup.

(2) JIWA. Orang Dayak mengenal ada 7 jiwa. Yaitu :

NYAWA. Hanya manusia dan binatang yang mempunyai nyawa. Nyawa hilang waktu meninggal.
SUMANGAT. Bukan hanya manusia mempunyai sumangat, tetapi juga binatang, tanaman dan benda-benda. Ini dapat dilihat dari doa-doa persembahan yang selalu diakhir dengan memanggil kembali sumangat manusia, padi, babi, ayam, beras, emas, perak dan semua milik rumah. Sumangat dengan mudah keluar dari tempatnya. Kalau terkejut, sesudah suatu perbuatan yang berbahaya yang didampingi oleh ketakutan, sesudah memandikan anak kecil ( bahaya sumangat anak hilang bersama dengan air ). Sesudah melahirkan juga diadakan upacara nyaru’ sumangat. Cara sederhana untuk memanggil sumangat kembali : kurrr….a’ sumangat. Mimpi disebabkan oleh sumangat, karena itu sumangat berjalan. Kalau kita sebut nama seseorang, sumangatnya pasti datang dengan kita dan kita akan bertemu dengan semangat orang itu dalam mimpi. Tempat sumangat ada dalam badan. Sumangat dikembalikan dalam badan oleh dukun baliatn lewat telinga kiri. Sesudah manusia meninggal, sumangatnya tidak menjadi pidara, tetapi pergi ke subayatn. Sumangat dari orang yang dibuatkan pantak pergi ketempat pantak itu dan bergabung dengan kamang.
AYU. Tempat ayu ada dibelakang badan. Kalau ayu pergi, ayu dikembalikan dipermulaan punggung ( ka’ pungka’ balikakng ), dibawah leher. Ayu melindungi manusia dari belakang. Penyakit yang disebabkan oleh kehilangan/kepergian ayu jauh lebih parah daripada penyakit yang disebebkan oleh kepergian sumangat. Dikatakan “ lapas ayu “ atau rongko’ (sakit ayu ). Sesudah orang meninggal, ayu menjadi pidara dan tetap tinggal bersama dengan badan. Ada hubungan erat antara ayu dengan hantu. Ayu juga disebut hantu.
SUKAT. Dalam doa selalu dikatakan “ sukat nang panyakng satingi diri’ “ artinya sukat yang panjang setinggi kami sendiri. Pertama sukat menunjuk kepada satu bagian dari badan manusia, mulai dari atas kepala lewat otak ke sumsum belakang. Penyakit bisa disebabkan oleh kekurangan sukat.
BOHOL. Bohol bersifat anatomis yakni garis perut dari tulang dada ke pusat atau lebih khusus tempat dibawah tulang dada yang berdenyut. Kurang bohol atau bohol yang tidak lurus adalah sala satu sebab penyakit. “ kakurangan sukat nang manyak, kakurangan bohol nang jarakng “ demikian dukun menyebutkan sebab penyakit pasiennya. Penyakit karena kekurangan bohol terutama dialami oleh anak kecil. Dari wnaita yang sulit beranak dikatakan “ mereng bohol anak “ artinya bohol anak bayi miring. Dukun baliatn pandai mencari bohol yang hilang.
LEO BANGKULE. Leo Bangkule berarti jantung, hati, paru-paru atau semua organ dalam perut manusia. Dalam doa, leo bangkule sering diundang kembali. Bersama dengan leo bangkule selalu dikatakan : tali nyawa atau tali danatn atau tali dane. Untuk manusia, tali nyawa berarti saluran pencernaan.
NENET SANJADI. Nenet Sanjadi disebut juga saluran pernafasan ( tali sengat ), permulaan dari tali mulai dari karukok (kerongkongan ).

Dalam khasanah Budaya Dayak, manusia harus meyakini adanya konsep hidup-mati: “RENGAN TINGANG NYANAK JATA” (anak enggang, putera-puteri naga), yang dilambangkan oleh enggang dan naga (jata) di seluruh pulau Kalimantan, bukanlah manusia agresif. Tapi jika berkali-kali diagresi dalam berbagai bentuk, mereka akan melakukan perlawanan “ISEN MULANG” yang artinya “takkan pulang kalau tak menang”. Secara fisik terbaca pada “lahap” (pekikan perang) atau “lawung bahandang” (ikat kepala merah) dan “mangkok merah”.



Senin, 19 Maret 2012

PANGKA GASING / BAPANGKA'



Konon Gasing pada masyarakat Dayak lebih dikenal dengan Pangka atau Bapangka’ 






Menurut cerita yang terdapat pada orang Dayak , gasing adalah Manusia/Talino? jelmaan jubata/Tuhan? yang disebut NEK GASIKNG, bernama NEK ABAKNG SAJINTE JUBATA TAPAKNG, juga sebagai penguasa pohon-pohon kayu yang tumbuh dihutan. Sehingga Jenis kayu yang dibuat sebagai bahan gasing yang terbaik adalah urat/bandir. akar dari kayu Tapakng.

Pangka’ gasing bagi masyrakat Adat Dayak , diakui sebagai salah satu unsur Budaya adat yang telah lama dilakukan secara turun temurun dan tidak hanya Permainan belaka, melainkan memiliki makna bagi kehidupan manusia, maka dari itu pangka’ gasing adalah merupakan tradisi Budaya adat, yang penyelanggaraannya ditentukan pada musim atau waktu dalam proses kegiatan Bahuma atau berladang/bertani padi?, yaitu pada saat padi mulai ditanam sampai pada panen raya/beranyi padi.
Konon manusia (Talino) pada mulanya tidak mengenal beras atau padi sebagai bahan makanan pokok, melainkan sejenis cendawan (kulat/jamur) yang tumbuh dan diambil dari batang kayu yang telah mati. Melihat kehidupan manusia seperti itu, Nek Gasikng melakukan kegiatan berputarditengah-tengah ruang utama samik, dengan tujuan agar padi turun ke bumi, dan menjelang subuh Nek Uit-uit memanggil padi/beras/Nyaru’Leko di tengah pante/teras rumah. Karena Nek Gasikng melakukannya sendiri, maka ia memiliki keinginan membuat benda yang dapat berputar menyerupainya yang berputar, sehingga ia mengambil akar Tapakng sesuai namanya untuk membuat sebuah gasing yang menyerupai namanya juga.
Setelah itu gasing mulai dimainkan oleh manusia /Talino, saat itu juga tanpa disadari oleh manusia ternyata dari khayangan seorang jelmaan Putra Jubata (Tuhan) yang bernama BARUAKNG tertarik untuk bermain gasing atau berpangka’ dengan anak-anak manusia yang ada dibumi. Dengan ketertarikannya itu ia memutuskan turun kebumi untuk mengajak anak manusia berpangka’ gasing.
Berawal dari Baruakng dan anak manusia bermaain gasing saat itulah padi dikenal oleh manusia dibumi sebagai makanan pokok.

Minggu, 18 Maret 2012

ASAL MULA BERAS (“Ne Baruankng Kulup” )


“Baruankng Kulup”   artinya baruankng yang tidak sunat.

di suatu desa yang memiliki kebiasaan ngayo. ada seorang "NEK JAEK" yang tinggal di sana. yang telah beristri yang bernama "NEK INANG-INANG" dan memiliki 2 orang anak.

suatu hari,, "NEK JAEK" pergi untuk "NGAYO" (mencari kepala manusia). saat itu setangkai padi di gunung bawang milik jubata di curi seekor pipit. "NEK JAEK" yang tengah lewat melihat burung membawa setangkai padi yang di kira rumput,, tapi di tak pernah melihat rumput itu.dia pu mengejar burung itu,, hingga burung itu menjatuhkan padi itu di bebatuan. seekor tikus pun mengambilnya. namun dia tetap mengejar nya,, di asap lubang tempat kediaman tikus tersebut.. setelah tikus itu keluar. dia pun menyumpit nya hingga mati dan di ambilnya padi tersebut.

"NEK JAEK" pulang hanya membawa padi yang orang-orang mengira itu hanya lah rumput. dia di tertawakan dan di olok-olok kan karna datang tanpa membawa kepala. istri nya pun marah.

"NEK JAEK" ingin membudidayakan rumput itu di bumi. warga pun marah dan mengusir "NEK JAEK" tersebut dari kampung.

"NEK JAEK" pergi dengan membawa setangkai rumput miliknya. di termenung sambil berjalan ke arah pohon ara. disana ada seorang dayang kayangan yang selendang nya tersangkut di atas pohon. dayang tersebut menangis karna dia tak dapat terbang tuk kembali kekayangan.

"NEK JAEK" pun menghampirinya dan membantunya mengambil selendang itu. dayang kayangan tersebut pun berterimakasih dan bertanya dari mana dia mendapatkan padi yang dikiranya rumput itu. dia pun menceritakan semuanya. hingga saat dia diusir dan bertemu dengan dayang itu.

sebagai tanda terimakasih,dayang tersebut membayanya ke kayangan & dayang tersebut menikah dengan nya. mendapatkan seorang anak yang bernama "BARUAKNG".

dikayangan "NEK JAEK" dan anak nya makan beras yang dimasak menjadi nasi. sedangkan anak "NEK JAEK" yang di bumi makan kulat.

anak "NEK JAEK" yang dengan istri talino(MANUSIA) sering main gasing bersama anak "NEK JAEK" yang dengan dayang kayangan. setiap hari mereka membawa bekal dan makan saat istirahat.

anak "NEK JAEK" dengan talino bingung melihat baruakng makan nasi yang putih seperti ulat. anak-anak "NEK JAEK" bertanya mengapa baruakng makan ulat!? baruakng memberitahu bahwa itu bukan lah ulat, melainkan nasi. anak-anak "NEK JAEK" dengan talino penasaran dan mencoba. "ternyata enak ya, apa lagi di campur dengan kulat kami" kata anak-anak "NEK JAEK" dengan talino.  baruakng kasihan melihat saudaranya yang di bumi. dibagikan nya bekalnya kepada ana-anak bumi. anak-anak "NEK JAEK" yang di bumi membawa bekal itu ke warga talino dan mereka suka. mereka menyuruh anak-anak "NEK INANG-INANG" meminta bibit itu dengan baruakng.

baruakng saat itu masih berumur 7 tahun dan belum sunat. saat umur 8 tahun nanti dia akan bersunat.karna takut dimarah kan ayah nya dia menyembunyikan biji padi itu di kemaluannya.
baruakng memberikan bibit itu dengan syarat, jangan kalian menanam padi tersebut di depan rumah tetapi di belakang rumah. agar ayah ku tidak melihat kilapan emas saat matahari terbit. mereka pun setuju.


setahun berlalu,, saat beberapa hari sebelum baruakng akan bersunat. ada salah satu rumah talino roboh. dan disitu saat mentari mulai bersinar. cahaya keemasan dari padi itu terpancar ke kayangan. "NEK JAEK" pun marah,, karna kesal dan temprament keturunan talino tinggi di berniat membunuh anak nya si baruakng.
"NEK JAEK" memasang ranjau babi."NEK JAEK" memberitahukan pada istri nya  bahwa dia telah menyiapkan babi untuk acara sunat anak nya.

istri nya menyuruh anak nya baruakng mengambil babi itu ke bumi. saat baruakng itu turun lewat jalan mentari. ranjau babi itu menusuk pertunya dan mati di bumi.

saat itu lah semua talino di bumi menyebutnya “Ne Baruankng Kulup”,, keturunan kayangan dan talino lah yang membawa beras ke bumi. hingga sekarang talino di bumi dapat makan nasi berkat dari “Ne Baruankng Kulup”

LEGENDA BUKIT KELAM KALIMANTAN BARAT


BUKIT Kelam merupakan salah satu objek wisata alam yang eksotis di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bukit ini telah menjadi kawasan hutan wisata yang memiliki panorama alam yang memesona. Di sini terdapat berbagai objek wisata alam seperti air terjun, gua alam yang dihuni oleh ribuan kelelawar, serta sebuah tebing terjal yang tingginya sekitar 600 meter dan ditumbuhi pepohonan di kaki dan puncaknya.

Namun dibalik pesona alamnya yang eksotis, Bukit Kelam memiliki cerita yang menarik. Konon di Sintang ini terdapat dua orang pemimpin yang merupakan keturunan dewa. Mereka memiliki kesaktian, namun memiliki sifat dan watak yang berbeda.

Pemimpin pertama bernama Bujang Beji yang memiliki sifat jahat, perusak, pendengki, dan serakah. Sedangkan pemimpin kedua bernama Temenggung Marubai. Dia memiliki sifat yang sangat bertentangan dengan Bujang Beji. Temenggung Marubai memiliki sifat suka menolong, berhati mulia, dan rendah hati. Keduanya bermata pencaharian sebagai nelayan, berladang dan berkebun.

Sungai tempat Temenggung Marubai memiliki ikan lebih banyak daripada di sungai tempat Bujang Beji memancing ikan. Itu membuat Bujang Beji iri karena hasil tangkapannya tak sebanyak Temenggung Marubai.

Bujang Beji kemudian merencanakan niat jahat untuk menguras habis ikan di tempat Temenggung Marubai biasa menangkap ikan. Dia mengangkat Yakni puncak bukit Nanga Silat untuk membendung sungai tempat Temenggung Marubai mencari ikan. Namun rencana itu gaga], dan is ditertawakan dewi-dewi yang ada di kayangan.

Bujang Beji mencoba menanam pohon kumbang mambu yang akan digunakannya sebagai jalan untuk mencapai kayangan dan •mebinasakan dewi-dewi kayangan yang telah menertawakannya. Dalam beberapa hari, pohon tadi tumbuh tinggi menjulang ke angkasa.

Sebelum memanjat pohon tersebut, Bujang Beji mengadakan upacara adat dengan membagikan sesaji kepada seluruh binatang dan roh jahat. Namun ada binatang yang terlewat, yakni kawanan rayap dan beruang. Mereka sangat marah sehingga mencoba menumbangkan pohon tersebut dengan menggerogoti akar pohon agar rapuh.

Ketika Bujang Beji hendak memanjat pohon, pohon tersebut retak dan Bujang Beji terhempas. Puncak bukit Nanga Silat yang coba dipikul Bujang Beji akhirnya menjadi Bukit Kelam.

Di Bukit Kelam ini terdapat berbagai macam flora langka seperti meranti (Shorea sp), tengkawang (Dipterocarpus sp), kabas-kebas (Podocarpusceae), anggrek (Archidaceae), dan kantong semar raksasa. Selain itu terdapat berbagai fauna raksasa, seperti beruang madu, trenggiling, kelelawar, serta alap-alap.

Ketinggian kawasan ini berkisar antara 50-900 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan antara 15 derajat - 40 derajat sehingga terkadang menjadi tempat yang tepat untuk olah raga para layang dan panjat tebing.

Bukit Kelam berjarak sekitar 395 km di sebelah timur Kota Pontianak. Dari Pontianak menuju Sintang, Anda bisa menggunakan pesawat, taksi, bus travel, atau kendaraan pribadi.

Dari pusat kota Sintang, Bukit Kelam berjarak sekitara 19 km ke arah timur dengan waktu tempuh 30-35 menit dengan menggunakan bus atau kendaraan pribadi.

Jumat, 16 Maret 2012

Sumpit Dayak Lebih Ditakuti Daripada Peluru

Kompas.com — Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.


Yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.

"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.

Jumat, 02 Maret 2012

MANUSIA SAKTI DAYAK

PUNAN


Punan adalah Talino perkasa yang memiliki ilmu. Mereka bisa menghilangkan diri NYA dan berlindung di balik sehelai daun. mereka tidak dapat di ikuti,gerak mereka sangat cepat. jalan mereka miring, tubuh mereka ringan karna tidak makan garam. penciuman mereka tajam, alkisah nya seekor kera akan jatuh dari pohon jika melihat cahaya mata nya.

mereka memiliki keahlian dalam pengobatan, wanita melahirkan dapat sembuh dalam 1 hari karna dedaunan dan ramuan hutan mereka. mereka dan hutan adalah satu .

punan siau sering di sebut juga dengan punan berkaki merah. ciri mereka unik, mereka memiliki kaki dan tangan yang berwarna merah. seperti burung siau. (PANGLIMA BURUNG)

punan memakan apa pun yang ada dalam hutan nya. mereka tinggal di goa-goa. dan di atas pohoh. mereka berburu menggunakan sumpit. meski mereka bisa meenghilang, tetapi mereka pantang memburu binatang yang lengah. mereka akan bertepuk dan berteriak dengan suara yang khas saat rusa buruan nya sedang makan dedaunan. saat rusa lari baru merka akan memburu nya.

mereka pmburu sejati yang pantang memburu dengan cara mengendap-ngendap...

ilmu yang mereka miliki hanya digunakan pada sesama talino yang kerasuk antu ( jahat )

...
( ini lah salah satu CERITA DAYAK yang sering di cerita kan kakek ku saat KU kecil )

SEKILAS

KaLimantan adalah salah satu pulau di indonesia. disana terdapat beberapa suku, salah satu nya suku dayak.

suku dayak tidak sperti yang orang pikir kan, tidak lagi primitif dan makan manusia. suku dayak juga ikut perkembangan globaL.

seperti indonesia yang memiliki ideologi " BHINEKA TUNGGAL IKA ",, orang dayak juga memiliki nya .. yaitu..
"ADIL KA' TALINO, BACURAMIN KA' SARUGA, BASENGAT KA' JUBATA "
ideologi ini tetap di lestarikan turun temurun oleh pemuka-pemuka adat kami. yg memegang warisan ADAT DAYAK sebagai salah satu budaya dari bumi pertiwi kita..

saya bangga sebagai salah satu orang dayak !!!
MAJU DAYAK !!

ADIL KA' TALINO, BACURAMIN KA' SARUGA , BASENGAT KA' JUBATA :d